Tuesday, October 26, 2010

Makna Sebuah Titipan

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa :
sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Allah
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,

tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?

Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?

Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu
diminta kembali oleh-Nya?

Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan
bahwa itu adalah derita.

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti
matematika:
aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan kekasih.
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”,
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah…
“ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”

~ WS Rendra

sepenggal puisi dari si burung merak yang luar biasa
mencoba menawarkan pemikiran dari sudut pandang lain
sudut pandang yang sering kita lupakan
bukan hanya tentang bersyukur
namun mengajak kita bagaimana mengelola hidup dan kehidupan
bagaimana mengelola hubungan kita dengan sang Khaliq

menegur keangkuhan ego dan logika dangkal kita
menegaskan betapa munafiknya kita dengan sumpah sumpah dan doa yang ada

jika di awal turunnya wahyu
Allah SWT menegaskan tentang pentingnya 'membaca'
mengapa kita jarang 'membaca' hidup
dan melenakan hikmah peristiwa

semoga berguna
karena berpikir adalah pilihan

No comments:

Post a Comment