Friday, May 25, 2012

Lady Gaga dan Psikologi Kodok

stock photo
Lady Gaga ke Indonesia kok dilarang ? kan kesini hanya sekedar pentas musik. Masyarakat kita sudah dewasa kok, tidak mungkin mengikuti perilaku perilaku anehnya. Lagipula meskipun ada seribu lady gaga, iman umat ini tidak akan berubah. Dan misalnya dilarang, bagaimana nasib pembeli tiket yang kabarnya sudah puluhan ribu itu?

Biarkan saja, asalkan kita nggak ikutan nonton kan nggak masalah. Toh mereka nonton pake uang mereka sendiri dan kalo ada apa – apa kan mereka sendiri yang menanggung.

Jika kita menolak, apa kata dunia internasional terhadap Indonesia. Ini kesempatan bagus untuk memberi kesan bahwa Negara kita adalah sorga buat pertunjukan artis internasional.

Setuju dengan pendapat diatas ? atau cuman beberapa hal yang setuju dan lainnya tidak ?
Selamat berarti anda telah PAS dengan teori Psikologi Kodok yang diceritakan oleh Peter Senge dalam buku "The Fifth Discipline"


Apabila seekor kodok dimasukkan dalam panci berisi air mendidih maka dia akan refleks melompat keluar dari panci itu (kecuali pancinya ditutup).

Tapi apabila anda memasukkan kodok dalam panci biasa. Kemudian, anda taruh panci itu diatas kompor dan panaskan dengan api yang kecil sekali. Sehingga, air dengan sangat perlahan memanas. Kodok tidak akan melompat keluar dari panci itu. Bahkan, sampai mati di dalam panci!

Hubungannya dengan lady gaga apa ?

Begini,
Ada dua cara perubahan yang bisa terjadi pada seseorang. Yaitu dengan pelan pelan dan ekstrim atau langsung. Psikologi Kodok memberikan gambaran bagaimana perubahan pelan dan tidak disadari ternyata bisa berdampak besar pada jangka panjang. Conditioning yang pelan dan terus menerus adalah kunci dari semuanya. Ini bisa terjadi untuk sesuatu yang positif dan negatif.

Terapi phobia yang biasa dilakukan oleh teman - teman psikologi menggunakan prinsip yang sama. Seseorang yang antipati terhadap ular misalnya, akan diterapi menggunakan sesuatu yang jauh dari bentuk hewan aslinya. Awalnya pasien akan diceritakan tentang ular, setelah nyaman kemudian pasien akan ditunjukkan gambar ular tapi jarak jauh, kemudian semakin dekat, kemudian mainan bentuk ular tapi dari jauh, dan seterusnya sampai pada akhirnya pasien bahkan berani memegang ular asli.

Dalam terapi ini intinya adalah membiasakan seseorang dengan sesuatu yang ditolak dengan cara yang tidak disadarinya atau disadari namun bisa diterima dengan alasan bukan sesuatu yang ditolak.

Artinya, bisa jadi Lady Gaga adalah pengkondisian, film dan sinetron adalah pengkondisian, berita media masa dengan berita tertentu adalah pengkondisian. Kenapa ? karena semuanya mempertunjukkan sesuatu yang di luar kebiasaan yang ada. Terlepas pengkondisian itu mengarah kepada sesuatu yang positif ataupun negatif. Tanpa disadari maka kita akan bisa menerima sesuatu yang baru tersebut karena sudah biasa, sudah terkondisi.

Jadi saat ini lady gaga tidak akan merubah keimanan seseorang, saat ini lady gaga tidak akan merubah penampilan wanita Indonesia, lady gaga tidak akan mampu membuat penonton menjadi pengikut paganisme dan freemansory. Dalam waktu dekat saya jamin tidak akan.
Selamat berarti anda telah PAS dengan teori Psikologi Kodok yang diceritakan oleh Peter Senge dalam buku "The Fifth Discipline"
Tujuan jangka pendek pentas itu hanya memperluas penggemar, lalu penggemar terbiasa dengan pakaiannya, terbiasa dengan lirik lagunya, terbiasa dengan ajarannya. Saya ulang, hanya terbiasa bukan setuju.

Namun bagaimana dengan jangka panjang ? Bagaimana generasi penerus kita ?

(Ingat kurang dari 20 tahun yang lalu memakai celana pendek bagi wanita adalah tabu. Dan media elektronik yang mengkondisikan sebaliknya sehingga sekarang dijalan raya wanita bersepeda memakai celana pendek adalah hal yang biasa)

Andaikan sang kodok memahami perubahan suhu yang ada di sekelilingnya dan bisa menganalisanya mungkin dia tidak akan mati.

Teot teblung…teot teblung… teot teot teblung…

No comments:

Post a Comment